Tak Ada Decak Kagum Dan Rasa Syukur Karena Menganggap Biasa

Orang-orang akan merasa takjub ketika seorang anak mampu berjalan di usia kurang dari 8 bulan. Sesuatu yang dianggap luar biasa bila ada seorang anak yang berumur 3 tahun dapat menghapal banyak hal dan dapat berbicara layaknya orang dewasa. Juga demikian pula awalnya dahulu telivisi, inipun dianggap sebagai benda yang aneh karena mampu menampilkan gambar-gambaar bergerak. Komputer menjadi barang yang luar biasa dan mengundang decakan kagum ketika ia diperkenalkan pada seseorang baru pertama kali melihatnya.

Tapi decakan kagum dan rasa takjub itu akan hilang perlahan-lahan dari pikiran manusia, bila hal-hal yang demikian selalu terlihat didepan mata kita, atau kita sudah mulai dapat berinteraksi secara rutin dengan sesuatu yang kita anggap luar biasa sebelumnya.

Sekarang marilah kita perhatikan jauh kedalam apa yang terdapat pada diri kita sendiri. Ketika otak kita mampu berpikir sesuatu, ketika tangan menyentuh tombol-tombol keyboard komputer untuk menuliskan sesuatu yang kita inginkan, atau saat kita mampu bereaksi dengan cepat ketika ada sesuatu yang terjadi pada diri kita dan masih banyak hali lain lagi yang tidak akan mampu dituliskan disini.

Semua itu mungkin bagi kita bukanlah hal yang luar biasa, hal begitu lumrah,... tak pernah terpikir di otak kita mengapa kita mampu melakukannya, apalagi mengeluarkan decakan kagum kepada sang desainer pembuatnya.

Seorang ilmuan yang bernama Newton, mendefiniskan sesuatu yang sudah sangat kita kenal yaitu hukum gravitasi bumi. Newton terinspirasi untuk mendefinisikannya saat ia melihat buah apel jatuh dari atas pohon tepat dihadapannya. Maka saat ini ketika kita ditanya mengapa benda bisa jatuh bebas kebawah, kita akan menjawab itu semua dengan alasan adanya gravitasi bumi sesuai dengan apa yang telah didefinisakn oleh sang ilmuan tadi-Newton. Padahal gravitasi hanyalah sebuah definisi (atau kalau boleh saya katakan hanyalah “sebutan” dari seorang ilmuan.

Dengan kesadaran yang tinggi sebetulnya jauh di dalam pikiran kita, kita meyakini bahwa jatuhnya benda tidak lain dan tidak bukan adalah ketentuan dari sang pencipta alam semesta ini. Ketentuan Tuhan ini kemudian kita sepakat mengikuti sang Ilmuan Newton untuk mendefinisikannya sebagai hukum gravitasi bumi.

Namun sekali lagi, ketika itu ditanyakan kembali apa yang menyebabkan benda jatuh ke bumi, yang ada dipikiran kita cuma menyebutnya itu adalah karena adanya gravitasi bumi, tanpa pernah berpikir bahwa itu adalah ketentuan-Nya. Kita tidak pernah menganggapnya sesuatu yang sangat menakjubkan mengapa benda dapat jatuh balik kebumi bila benda tersebut dilempar keatas.

Semua hal rutinitas yang kita lakukan tidak lagi mengundang decak kagum kepada-Nya. Kita menganggap itu bukanlah hal yang luar biasa, bahkan kita tidak pernah mau bersyukur kepada-Nya dengan apa yang kita miliki saat ini, apa yang mampu kita lakukan setiap harinya untuk kita sendiri

Terkadang merupakan pemandangan yang biasa saja ketika kita melihat seorang yang buta, atau mungkin kita hanya merasa iba kepadanya tanpa pernah mau bersukur dan takjub kepada-Nya mengapa kita bisa melihat…….


Salam….

by roel

Terimakasih untuk kunjungannya...
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar:

Post a Comment