Pembelajaran Kontekstual

Pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) adalah konsep belajar yang membantu pendidik mengaitkan antara materi yang diajarkan-nya dengan situasi dunia nyata peserta didik dan mendorong mereka membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari.

Pendekatan kontekstual merupakan konsep belajar yang membantu dosen mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan dunia nyata. Menurut Suherman, Erman (2004:2) yang dimaksud Pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and Learning) adalah pembelajaran yang dimulai dengan mengambil kejadian pada kehidupan sehari-hari. Pada pembelajaran kontekstual konsep di konstruksi oleh mahapeserta didik melalui proses tanya jawab dalam bentuk diskusi. Pembelajaran kontekstual melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran, yaitu konstruktivisme (contructivism), bertanya (questioning), menemukan (inquiry), masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modeling), refleksi (reflection), dan Asesmen Otentik (Authentic Assesment).

1) Konstruktivisme adalah salah satu aliran filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita merupakan hasil konstruksi. Komponen ini merupakan landasan berpikir CTL yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit yang hasilnya di- perluas melalui kontek yang terbatas. Dalam pandangan ini, strategi memperoleh lebih diutamakan dibandingkan seberapa banyak peserta didik memperoleh dan mengingat pengetahuan. Esensi dari teori konstruktivis adalah ide bahwa peserta didik harus menemukan dan mentransformasikan suatu informasi kompleks ke situasi lain dan apabila dikehendaki, informasi itu menjadi milik mereka sendiri. Selain itu, peserta didik harus mengkonstruksi pengetahuan tersebut dan memberi makna melalui pengalaman nyata.

2) Bertanya, adalah suatu strategi yang digunakan secara aktif oleh peserta didik untuk menganalisis dan mengeksplorasi gagasan-gagasan. Pada semua aktivitas belajar, bertanya dapat diterapkan: antara peserta didik dengan peserta didik, antara guru dengan peserta didik, antara peserta didik dengan guru, antara peserta didik dengan orang lain yang didatangkan ke kelas dan sebagainya.

3) Menemukan, adalah salah satu cara dalam mendapatkan sesuatu. Menemukan merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran menggunakan CTL. Guru atau dosen harus selalu merancang kegiatan yang merujuk pada kegiatan menemukan. Ada beberapa langkah yang harus dilakukan untuk kegiatan menemukan, yaitu: merumuskan masalah, mengamati atau melakukan observasi, menganalisis dan menyajikan hasil (berupa tulisan, gambar, laporan, bagan, tabel dan karya lainnya) dan mengkomunikasikan (pada pembaca, teman kuliah, dosen atau yang lainnya).

4) Masyarakat belajar, adalah kegiatan belajar yang terjadi melalui kerjasama dengan orang lain. Masyarakat belajar bisa terjadi apabila ada proses komunikasi dua arah dan tidak ada pihak yang dominan dalam komunikasi tersebut. Prakteknya dalam pembelajaran terwujud dalam bentuk kelompok kecil, kelompok besar, mendatangkan ahli ke kelas, bekerja dengan kelas sederajat, bekerja kelompok dengan kelas di atasnya, bekerja dengan masyarakat dan sebagainya.

5) Pemodelan Model adalah contoh yang dapat ditiru. Dalam CTL, guru bukan satu-satunya model. Model dapat dirancang dengan melibatkan peserta didik. Model juga dapat didatangkan dari luar.

6) Refleksi, merupakan cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir ke belakang tentang hal-hal yang telah dilakukan pada masa lalu. Dengan metoda ini, peserta didik akan mampu berpikir ulang dan menganalisa ilmu pengetahuan yang baru didapatnya.

7) Penilaian yang sebenarnya (Authentic Assessment). Assessment adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran perkembangan peserta didik. Dengan cara ini, guru atau dosen dapat memastikan bahwa peserta didik mengalami proses pembelajaran yang benar. Jadi, inti dari penilaian yang sebenarnya adalah “Apakah peserta didik telah belajar” bukan apa yang telah diketahui peserta didik. Peserta didik tidak hanya dinilai kemampuannya dari ulangan saja, namun penilaian dilakukan dengan berbagai cara, misalnya PR, kuis, karya peserta didik, presentasi atau penampilan peserta didik, laporan dan lain-lain



Peserta didik perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya. Dosen/guru tidak akan mampu memberikan semua pengetahuan kepada mahapeserta didik, mahapeserta didik harus mengonstruksi pengetahuan di benak mereka sendiri. Esensi dari teori konstruktivisme adalah ide bahwa mahapeserta didik harus menemukan dan mentransformasikan suatu informasi kompleks ke situasi lain.

Mata kuliah di bidang teknologi informasi merupakan mata kuliah yang erat sekali hubungannya dengan kehidupan sehari-hari, terlebih teknologi informasi saat ini sudah menjadi hal yang tak terpisahkan dari aktivitas kehidupan sehari-hari. Maka pembelajaran kontekstual merupakan salah satu metode yang tepat tepat digunakan dalam pembelajaran.

Salah satu contoh mata kuliah di bidang teknologi informasi adalah Pemrograman Komputer. Pemrograman komputer merupakan mata kuliah yang membuat produk berupa aplikasi komputer yang dapat digunakan untuk memudahkan pekerjaan manusia dalam melakukan logika perhitungan atau perbandingan. Dengan menemukan berbagai permasalahan yang dapat ditemukan oleh mahapeserta didik, maka mahapeserta didik dapat memecahkan permasalahan tersebut melalui tujuh komponen pembelajaran yang disebutkan diatas.

Ada dua teori yang melatar- belakangi lahirnya CTL, yaitu teori progresivisme John Dewey dan teori kognitif. Menurut Nurhadi (2003:8) pokok-pokok pandangan progesivisme antara lain:
o Peserta didik belajar dengan baik apabila mereka secara aktif dapat meng- konstruksi sendiri pemahaman mereka tentang apa yang diajarkan oleh guru/dosen.
o Peserta didik harus bebas agar bisa ber- kembang wajar.
o Penumbuhan minat melalui pengalaman langsung untuk merangsang belajar.
o Dosen atau Guru sebagai pembimbing dan peneliti.
o Harus ada kerjasama antara lembaga pendidikan dan masyarakat.
o Sekolah progresif harus merupakan laboratorium untuk melakukan eksperimen.

Teori kognitif menegaskan bahwa peserta didik akan belajar dengan baik apabila mereka terlibat secara aktif dalam segala kegiatan di kelas dan berkesempatan untuk menemukan sendiri. Hasil belajar yang diperoleh oleh mahapeserta didik dapat berupa apa yang mereka ketahui dan apa yang yang dapat mereka lakukan. Berpijak pada kedua teori tersebut, pandangan konstruktivisme berkembang. Melalui landasan pandangan konstruktivisme, CTL dijadikan sebagai alternatif strategi belajar yang baru.

by roel

Terimakasih untuk kunjungannya...
    Blogger Comment
    Facebook Comment

1 komentar:

  1. Mississippi Stud is a shortened version of Texas Hold'em - outcome of|as a result of} every Player is dealt two playing cards begin out|to begin}. It could be thought of an “upside down” Let-it-Ride recreation. The Nation shall determine the minimum wagers and most wagers at every table together with the value of the tokens or cheques used in the Progressive Jackpot. The amounts of the minimum wagers and most wagers shall be conspicuously posted on SM카지노 the signal at every table.

    ReplyDelete