Mudah-mudahan Dia Orang yang Baik

Ada sebuah ungkapan dari hadist yang berbunyi; cintailah sesuatu itu sekedarnya saja karena bisa jadi yang engkau cintai itu akan menjadi sesuatu yang sangat engkau benci, dan bencilah kepada sesuatu itu sekedarnya saja karena bisa jadi yang engkau benci itu akan menjadi sesuatu yang sangat engkau cintai. Ungkapan ini barang kali tidak begitu relevan dengan isi dari tulisan ini, namun demikian saya ingin para pembaca dapat menarik bila ada benang merah-nya dari apa yang ingin saya sampaikan di tulisan ini.

Berita ribut-ribut antar suami istri yang sedang mengahangat saat ini lagi-lagi datang dari selebritis; seorang istri yang mendapatkan suaminya tengah bersama wanita lain dalam satu mobil. Hiruk pikuk pernyataan ketidak-senangan dari keluarga sang istripun meluncur begitu saja dari mulut-mulut mereka. Bahkan Paman sang istripun yang begitu kesalnya sampai ia juga ternyata tidak bisa menahan umpatan-umpatan-nya yang lebih mengarah kepada personal.

Padahal baru berapa bulan yang lalu, saat pasangan suami istri ini telah menyelesaikan pernikahannya, ungkapan pernyataan-pernyataan dari istri dan keluarga sang istri sepertinya tidak ada masalah dengan sang suami ini, bahkan terkadang sepertinya ungkapan yang terkesan pujian kepada sang duda juga singgah ke telinga pendengar saat itu.

Suatu hal menggelikan ketika ada dua pernyataan yang bertolak belakang yang muncul dari orang yang sama terhadap orang yang sama. Namun itulah faktanya, pemandangan seperti ini sering kali terlihat didepan mata kita.

Terkadang kita terkesan tidak objektif menilai sesuatu. Ketika kita melihat penampilan seseorang yang begitu memukau, anggun, berwibawa dan senantiasa bertutur lemah lembut ditambah lagi dengan sejumlah harta kekayaan yang mengikutinya maka kekaguman akan segera muncul. Pernyataan pujianpun muncul dan seakan tak sabar untuk segera mengeluarkan statement bahwa orang itu adalah orang yang baik atau berperilaku baik, padahal kita menilai seseoang tadi lebih disebabkan karena fisik dan penampilannya, namun anehnya penilaian yang keluar dari mulut kita justru mengarah kepada sifat/perbuatan atau tingkah laku-nya.

Dan ketika tahu kenyataan sesungguhnya sifat/perbuatan orang yang kita nilai tadi tidak baik, maka kita juga tak sabar untuk mengeluarkan pernyataan bahwa orang tadi tidak baik bahkan kadang keluar kata penghinaan dan anehnya lagi penghinaan bukan kepada sifat/perbuatan tapi lebih kepada fisik seseorang tadi; jelek, pendek, buntet, ompong dan lain sebagainya. Weleh… weleh… aneh bukan….. weleh… weleh…. aneh bukan (10x).

Alangkah baiknya untuk tidak segera mengeluarkan statement penilaian kepada seseorang sebelum kita tahu sesungguhnya seseorang tersebut atau bahkan sama sekali kalau bisa tidak usah mengeluarkan penilaian didepan umum, sekalipun itu terhadap orang yang paling kita sayangi. Biarlah Tuhan yang menilai, dan baiklah kita serahkan hanya kepada-Nya. Kita hanya bisa meminta petunjuk untuk menentukan sesuatu.

Seharusnya kita bisa lebih bijak (terutama buat aku sendiri) untuk selalu berkata mengenai seseorang “mudah-mudahan ia adalah orang yang baik”, karena pernyataan seperti ini setengahnya adalah berserah kepada-Nya.

Makanya jangan mati-matian kita mengatakan bahwa calon yang kita akan pilih adalah yang paling baik/bagus, karena betapa malu dan sakitnya ketika orang yang kita pilih itu berkhianat.
Dan kepada pemimpin atau calon pemimpin janganlah berlaku KHIANAT ingat nanti kalian dikatakan; tua, tak tahu malu, ompong, nggak ganteng dan lain sebagainya oleh orang yang tak bijak…… Hehehehehehehehehe…….



Salam,
Palembang 20 Juni 2009

by roel

Terimakasih untuk kunjungannya...
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar:

Post a Comment