Amanah atau Kesenangan

Jakarta meledak lagi ! Jakarta di bom lagi ! Indonesia di terror lagi….
Lagi, Jakarta membuat para pucuk pemerintahan yang juga merupakan pelayan masyarakat Indonesia harus kerja keras mencari dalang siapa pelaku peledak bom. Tidak hanya itu pemerintah juga harus mengevaluasi bagaimana kinerja para intelijen-nya yang kecolongan di lubang yang sama.

Hahhh…, ternyata mengemban amanah rakyat atau menjadi pelayan masyarakat itu sangat tidak enak seperti yang aku bayangkan, namun tetap saja aku tak pernah habis pikir mengapa masih saja beberapa gelintir orang begitu berambisi untuk menjadi pemimpin sampai segala sesuatunya harus banyak dikorbankan, demi sesuatu yang amat sangat tidak mengenakkan, menjadi penanggung jawab atas suatu pemerintahan dan mengemban amanah yang begitu besar.

Atau cara pandang yang berbeda didalam menyikapi “apa makna dari pemimpin”, yang diartikan sebagai sesuatu kekuasaan, popularitas, pembuat keputusan, dilayani rakyat, dihormati, ditakuti, menjadi kaya, membuat keluarga dan kerabat menjadi jaya dan makmur dan lain sebagainya dan lain sebagainya, hingga mereka itu begitu berambisi untuk menjadi pemimpin dan sanggup berkorban segala sesuatunya.
Hmmm…, bila pembaca berpikir seperti itu, maka sudahilah membaca artikel ini tidak usah dilanjutkan lagi….

----------------------------------------------

Kita semua pasti pernah mendapatkan amanah dari seseorang atau sekelompok orang. Dan buat orang baik dan bertanggung jawab maka ketika ia tidak mampu menjalankan amanahnya, maka ia akan menyatakan bahwa ia tak sanggup menjalankan amanah itu, dan bila ia mampu ia akan mengemban dan menjalankan amanah itu dengan sebaik-baiknya.

Sebagai suatu contoh kecil bila seseorang dititipkan sesuatu barang untuk disampaikan kepada orang lain, namun ditengah jalan ia menemukan halangan untuk menyampaikannya yang pada akhirnya amanah itu tidak dapat ia kerjakan dengan baik. Maka bisa jadi seseorang tersebut akan mengakui dan meminta ma’af bahwa ia tidak bisa menjalankan amanahnya sesuai dengan keinginan pemberi amanah, namun ia berjanji bila ia masih diberi kepercayaan ia akan mengusahakannya secepatnya barang tersebut sampai dengan cara lain.

Namun bila hal tersebut diberikan kepada orang yang tidak bertanggung jawab, maka ia akan lepas tangan. Dengan mudah ia katakana bahwa amanah yang diembannya terlalu berat, amanah yang diberikannya akan membuat dia akan mati lemas tak berdaya, atau amanah yang diberikan seharusnya bukan menjadi tugasnya, atau mungkin ia akan mencari kambing hitam mengapa ia tidak dapat menjalankan amanahnya.

Seseorang yang dipilih rakyat untuk duduk dalam pimpinan pemerintahan adalah pengemban amanah rakyat. Untuk menjalankan amanahnya ia akan diberi kekuasaan, fasilitas, gaji yang memadai, disegani dan dihormati. Namun sayangnya pemimpin yang tak bertanggung jawab yang ia lihat hanyalah kesenangan belaka, popularitas yang setinggi langit, penghormatan dari bawahan dan rakyatnya atau jaminan kehidupan yang makmur buat diri dan keluarganya. Sementara amanah yang diemban sebagai pelayan rakyat tak pernah ia perhatikan.

Sudah seharusnya seorang pemimpin yang baik untuk tidak menunjukkan sikap yang kekanak-kanakan, menerima setiap kritikan dengan memperbaiki kinerjanya bukan menerimanya sebagai suatu celaan atau hinaan.

Untuk menjadi pemimpin negeri ini, tidak perlu berpikir akan fasilitas apa yang akan didapat, namun berpikirlah triyulan kali terhadap amanah yang akan diemban….


Salam,

Palembang 19 Juli 2009

by roel

Terimakasih untuk kunjungannya...
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar:

Post a Comment