Salah satu bentuk kesempurnaan manusia adalah Allah SWT melengkapinya dengan Akal untuk berpikir. Sehingga manusia memiliki kelebihan dari mahluk Tuhan lainnya. Tapi sayang ada sebagian kaum terutama penganut "islam" liberal terlalu mengagung-agungkan akal, sehingga akal ditempatkan diatas wahyu Allah SWT, akal ditempatkan diatas Al Qur'an. Entah apa isi kepala penganut paham ini, sehingga mereka mampu mengatakan akal ditempatkan diatas Al Qur’an. Dengan alasan bahwa tanpa akal maka manusia tak mampu memahami Al Qur’an. Inilah pemahaman yang sangat keliru (bila tidak mau dikatakan bodoh). Akal bukanlah informasi, akal bukanlah data dan akan bukanlah petunjuk. Akal adalah alat untuk memahami data, memahami informasi, memahami petunjuk.
Memang kemampuan akal manusia sungguh luar biasa, dengan akal manusia mampu mengolah data menjadi informasi, dengan akal manusia mampu mengolah informasi menjadi informasi yang lain, dengan akal manusia mampu menjelaskan informasi dengan informasi lain yang lebih detail. Sehingga dengan akal manusia mampu pula merekayasa suatu fenomena alam yang ada di dunia ini. Dengan akal, manusia mampu mengubah energi potensial air menjadi energi listrik, dengan akal manusia mampu mengubah kalor yang diperoleh dari panas bumi dan bahan bakar menjadi energi yang lain. Dengan akal mampu membuat teknologi komputer berbasis digital yang memanfaatkan tegangan listaik ON OFF. Dst dst...
Tapi ingat... akal hanya bekerja pada sebatas informasi yang ia terima. Akal tidak mungkin bisa bekerja bila tidak ada data, bila tidak ada informasi yang ia terima sebelumnya. Akal tidak mungkin bekerja bila ia tidak memiliki ingatan di kepalanya sebagai data awal untuk memproses data lain yang ia terima. Layaknya processor pada komputer, apa yang akan dikerjakan oleh komputer bila komputer tidak menerima data yang akan diolah... dan komputer tidak memiliki data lain yang disiapkan sebelumnya didalam memori untuk mengolah data lain.
Dengan demikian akal bukanlah petunjuk kehidupan, melainkan akal adalah alat untuk memahami petunjuk kehidupan, yaitu Al Qur’an. Akal tidak bisa dibandingkan dengan Al Qur’an, karena keduanya bukanlah sesuatu hal untuk dibandingkan melainkan untuk saling melengkapi, agar Al Qur’an bisa dipahami dengan benar, agar manusia mampu berbuat bijak.
Tidak semua manusia memiliki akal yang sama, akal orang yang sehat tentunya beda dengan akal orang yang gila. Akal manusia yang memiliki data/informasi yang lebih banyak tentunya akan berbeda dengan akal manusia yang hanya memiliki data/informasi yang sedikit. Analisis seorang yang memiliki ingatan banyak data akan beda dengan analisis orang yang memiliki ingatan sedikit data. So, buat kita yang baru berpengetahuan sedikit tidak usah terlalu sok... dan tak perlu menghakimi orang lain keliru, jika data/informasi yang dikepala kita masih sedikit. Itulah mengapa mata itu ada dua biji dan mulut cuma satu, karena kita disuruh agar lebih banyak melihat/membaca ketimbang berbicara. Itulah juga kenapa telinga ada 2 helai, karena kita disuruh lebih banyak mendengar. Artinya kita disuruh belajar, belajar, belajar dan belajar sebelum banyak berbicara.
Kita bisa merasakan mana orang suka banyak bicara ketimbang mendengar dan membaca, namun itu tidaklah terlalu penting, yang sering menjadi permasalahan adalah, ketika berbicara dan mengeluarkan pendapat tidak hanya berdasarkan data yang ia peroleh, tapi hawa nafsu juga ikut berbicara.... akhirnya bukan lagi data/informasi yang menjadi acuan dalam berpikir dan berbicara melainkan hawa nafsu juga ia masukkan ke dalam pembicaraan atau tulisannya...., maka timbullah akhirnya penyakit ujub, sombong, merasa paling benar, merasa paling hebat, sikap menyalahi orang lain, memfitnah orang lain, tak mau tabayun, menyebar fitnah, mudah terprovokasi, mudah dibodoh-bodohi dan seterusnya dan seterusnya.....
Wallahu a’lam bishsowab...
Palembang, 21 Juni 2016
Silahkan simak pula;
- Akal
0 komentar:
Post a Comment